PDIP dan Gerindra Dahulu Rekan Tapi Tidak Sejak 2023

PDIP dan Gerindra

PDIP dan Gerindra Dahulu Rekan Tapi Tidak Sejak 2023

classroomcrush.com – PDIP dan Gerindra dahulu berteman, tapi sekarang seringkali jadi seteru, PDIP dan Gerindra mengulangi sejarah dengan jadi lagi pesaing di Pemilihan presiden 2024. Akan jadi gelaran yang ke-3 kalinya sesudah bertanding seru di Pemilihan presiden 2014 dan 2019.

Tetapi siapa kira, dua parpol besar di Indonesia ini mempunyai, ucapkanlah, angkatan langgas mengatakan dengan love-hate relationship. Mereka dahulu ialah teman dekat dekat yang bergabung di Pemilihan presiden 2009. Lantas sama ketika menjadi oposisi di luar pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tidak ada teman dan musuh kekal di politik. Pada Pemilihan presiden 2014, PDIP dan Gerindra pisah jalan. Mereka bentrok dengan mengangkat capres-cawapres berlainan. Bersambung sampai 5 tahun selanjutnya.

Rekam jejak PDIP dan Gerindra

PDIP dan Gerindra

PDIP terlebih dahulu aktif di atas pentas politik Indonesia. Turut Pemilu 1999 lantas raih suara paling banyak. Saat itu PDIP telah dipegang oleh Megawati Soekarnoputri.

Saat pilpres di MPR, Megawati kalah suara walau PDIP punyai bangku terbanyak. Abdurrahman Top atau Gus Dur yang disokong sejumlah partai Islam menjadi presiden. Megawati harus senang sebagai wapres.

Pada 2001, Megawati naik tahta selesai Gus Dur dijatuhkan. Ia jadi presiden wanita pertama Indonesia. Waktu itu ditemani Hamzah Haz di atas bangku wapres. Di Pemilihan presiden 2004, Megawati sebagai petahana ditaklukkan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. PDIP selanjutnya jadi oposisi sepanjang 5 tahun.

Menjelang Pemilu 2009, Partai Gerindra dibuat. Bermula dari pembicaraan di antara adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo bersama Fadli Zon dan beberapa figur yang lain. Prabowo saat itu tetap memegang sebagai anggota Dewan Penasihat Partai Golkar sampai sah memundurkan diri pada Juli 2008. Ia sebelumnya sempat turut pakta capres Partai Golkar, tapi kalah.

Lewat beragam dialog, Gerindra pada akhirnya lahir dan dipegang Suhardi. Maklumat partai bak dikejar waktu, karena dilaksanakan pada periode registrasi dan saat kampanye Pemilu 2009 yaitu pada 6 Februari 2008.

Prabowo gabung. Namanya yang sudah lama dikenali public membuat Gerindra sukses mendapatkan 26 bangku atau 4,64 % bangku DPR di Pemilu 2009. Beberapa waktu selanjutnya, PDIP dan Gerindra membuat kutub untuk meng ikuti Pemilihan presiden 2009.

Konsolidasi Mega-Pro 2009

prabowo gerinda

Megawati dan Prabowo mengumumkan diri sebagai pasangan Mega-Pro. Nama itu gampang dikenali karena adalah salah satunya merk sepeda motor pabrikasi Jepang yang tersebar luas di Indonesia.

Mereka mengikat diri dalam Kesepakatan Batu Tulis yang ditandatangani pada 16 Mei 2009. Point pertama kesepakatan itu memberikan siapa yang hendak menjadi presiden atau wapres pada Pemilihan presiden 2009.

Point ke-2 dan ke-3 mengulas beberapa langkah yang sudah dilakukan jika menang pemilihan presiden. Point ke-4, mereka bersumpah akan sama-sama bantu program partai.

Point ke-5, mereka menyetujui jika permodalan pemenangan Pemilihan presiden 2019 dijamin dengan bersama dengan prosentase masing-masing 50 %. Point ke enam, mereka setuju untuk mengikutsertakan kader masing-masing partai di team pemenangan.

Point ke-7 , Megawati akan memberikan dukungan Prabowo sebagai calon presiden di Pemilihan presiden 2014.

Namun, Mega-Pro kalah pada Pemilihan presiden 2009.

KPU memutuskan Paslon nomor 01 Megawati-Prabowo raih 32.548.105 suara (26,79 %). Paslon nomor 02 SBY-Boediono 73.874.562 suara (60,80 persen), dan paslon nomor 03 Jusuf Kalla-Wiranto 15.081.814 suara (12,41 %).

Mega-Pro terima kekalahannya dengan SBY-Boediono lantas putuskan ada di luar cabinet pemerintah. 3 tahun berlalu, mereka tetap berteman dalam jadwal Pilgub DKI Jakarta 2012. PDIP dan Gerindra mengangkat pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Mereka menantang petahana Fauzi Bowo yang saat itu digotong oleh tujuh parpol. Siapa kira, Jokowi-Ahok sukses menarik hati sebagian besar masyarakat Ibu Kota, sampai menang dengan pencapaian 53,82 % atau sekitaran 2,empat juta suara.

megawati pdip

Pecah Kongsi PDIP dan Gerindra di 2014

Jokowi-Ahok saat itu dipandang sukses membuat DKI, yang berimplikasi pada peningkatan kepopuleran pada Jokowi pada tingkat nasional. Megawati, yang tidak lagi mencalonkan diri sebagai calon presiden, lalu menunjuk Jokowi untuk maju di Pemilihan presiden 2014.

Hal tersebut sama juga meremehkan kesepakatan Batu Tulis yang dahulu dipastikan PDIP akan memberikan dukungan Prabowo sebagai calon presiden di Pemilihan presiden 2014.

Bentrokan diawali. Gerindra masih tetap mengangkat Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Ditemani Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden.

Pertempuran di Pemilihan presiden 2014 terjadi benar-benar seru. Bahkan juga sampai ke warga tingkat bawah. Pemisahan terasa sangat karena ketidaksamaan opsi.

Bahkan juga saat quick count, atau saat sebelum KPU memutuskan hasil sah, dua pasang calon sama mengeklaim jadi juara.

Sampai akhirnya, KPU memutuskan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang memenangi Pemilihan presiden 2014.

Jokowi-JK unggul dengan pencapaian 53,15 % suara, sedangkan Prabowo-Hatta ketinggalan dengan pencapaian 46,85 % suara.

Berkaitan pencapaian suara legislatif, PDIP masih tetap unggul di posisi pertama dengan pencapaian 109 bangku, dan Gerindra melesat dari posisi delapan ke tiga dengan 73 bangku DPR.

Gerindra pilih jadi oposisi dalam masa pertama saat kepimpinan Jokowi-JK bersama partai Demokrat dan PKS. Apalagi Prabowo telah resmi dipilih jadi Ketua umum Gerindra pada September 2014.